Oleh
: Rima Aryatin
Mentari
Di Balik Awan Mendung
Di
temani terang rembulan malam dan taburan bintang, Andi termenung di bawahnya.
Andi yang sebentar lagi akan lulus dari Sekolah Menengah Atas merasa bingung
dengan apa yang akan dilakukannya setelah lulus SMA. Andi ingin sekali
melanjutkan kuliah seperti teman temannya. Namun Andi terhalang oleh biaya
sekolah yang cukup mahal. Maklum saja Andi terlahir dari keluarga yang
perekonomiannya di bawah teman teman sekolahnya. Bapaknya cuma sebagai tukang
sol sepatu dan ibunya hanya sebagai tukang cuci di rumah rumah tetangganya.
Sementara dari pekerjaan pekerjaan itu orang tuanya harus menhidupkan 5 orang
anaknya, yang 3 dari 5 anaknya itu masih bersekolah.
Ditengah
lamunannya Andi dikejutkan oleh bapanya “ Andi, Ngapain kamu disini. Ayo masuk
masuk. Kita makan dulu.” Kata bapakku mengagetkan. Bentar lah pak, Andi masih
ingin mencari angin dulu. “hmm ya sudah lah. Jangan lama lama yo”. Kata bapaku
menasihati. “Iya pak”.
Setelah
merasa cukup lelah berada diluar Andi pun masuk ke dalam rumah, dan menemukan
segenggam nasi tersisa untuknya. “bapak sudah makan ?” tanyaku. “belum. Kamu
makan aja duluan”. Begitu lah bapaku yang selalu mengalah kepada anak anaknya.
Dia sering berpuasa agar anak anaknya dapat makan semua. Namun karena malam ini
aku masih tidak berselera makan, akupun mempersilahkan bapak yang makan punya
ku. “bapak makan saja. Andi sudah kenyang.” Loh nak, emangnya kamu kapan
makan?” “sudah tadi pak, andi makan” Akupun berbohong kepada bapak. Aku kasihan
dengan bapak yang selalu puasa demi anaknya. Karena itulah saat ini biar aku
yang puasa agar bapak tidak kelaparan.
Akupun
masuk kedalam kamar dan berbaring lesu di ranjang rapuh ku. Sambil seraya ku
angkat kedua tanganku aku berdoa. “Tuhan,
bantu aku dalam menghadapi kesulitan ini. berikan aku jalan keluar yang terbaik
bagi ku dan orang orang disekitar ku ya tuhan. Amin.” Aku pun terlelap di
keheningan malam itu.
***
Andi
merupakan salah satu anak berprestasi di sekolahnya. Sejak pertama masuk SMA
peringkat pertama selalu dia raih dikelasnya. Dia pun sering ikut berbagai
macam perlombaan baik tingkat kota, maupun provinsi. Uang - uang prestasi yang
ia dapatkan itulah yang membuat dia dapat bersekolah sampai saat ini.
Disekolah
Andi dikenal sebagai anak yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja. Teman
temanya juga tidak merasa risih berteman dengan Andi. Bahkan salah satu
temannya ada yang sengaja membayar andi, untuk mengajarinya jika ada pelajaran
yang sulit. Andi bersedia dengan ikhlas mengajari teman temannya tersebut. Karena
kepintarannya itulah Andi sering dipanggil si “master”.
“master.
Kamu hari ini ada kegiatan nda ?” kata salah seorang temannya. “nda kenapa ?”
ajarin aku pelajaran matematika yang logaritma ya. Aku kurang mengerti tentang
materi itu.” oke. Mau kapan”. Nanti lah ter (master) pulang sekolah.” Oh oke
lah.
Andi
tidak pernah keberatan untuk di panggil master. Dia malah sering mengaminin
perkataan temannya itu. semoga suatu saat nanti dia benar mendapatkan predikat
master.
***
10
april 2010. Andi melihat tanggalan yang di tempel di salah satu dinding gubuk
rumahnya. “Ternyata ujian nasional tinggal 6 hari lagi”. Gumamnya. Andi yang
telah mempersiapkan diri sejak lama untuk menghadapi ujian nasional ini tidak
terlalu tegang namun yang membuat dia risau adalah sesuatu yang harus dia
lakukan setelah lulus nanti. Setiap hari Andi berfikir keras untuk menari jalan
keluar dari masalanya ini. Bapak dan emaknya yang sudah merasa tidak yakin dari
awal hanya menunduk sedih ketika memberi nasihat ke Andi.
“Nak.
Kamu tetap pengen melanjutkan kuliah”. Kata orang tuaku beratanya.
“Iya
mak. Aku pengen seperti teman temanku. Aku pengen seperti orang orang sukses
diluar sana”.jawabku lesu.
“
tapi mereka itu punya uang nak. Kita ini hanya orang miskin yang tidak punya
apa apa. Bisa sekolah sampai sma saja itu sudah merupakan kebanggaan bagi
kampong kita ini. sudah lah nak nda usah bercita cita terlalu tinggi. Nanti
kalau sudah jatuh sakit loh”.
Aku
hanya bisa diam saat emak sudah berkata demikian. Kerisauan ku bertambah,
karena orang tua seperti tidak ada semangat sama sekali untuk menyekolahkan ku
lebih tinggi. Ketika situasi seperti ini hanya tuhan lah tempat ku berlari
untuk menghantarkan semua kesulitan ku, biar di tukar dengan kemudahan oleh
Tuhan yang Maha Esa.
Disekolah
teman teman Andi sering bertanya kepada Andi, akan melanjutkan kemana Andi
nantinya.
“ter,
kau nanti lulus sekolah mau lanjut kemana”. Tanya temanku antusias.
Akupun
menunduk lesu “belum tau mau lanjut kemana. Bapak dan emakku belum punya biaya.
Wah,
masa anak pintar kaya kamu berhenti di SMA aja sih. Aku yang bloon aja mau
lanjut ke universitas. Kamu semangat ya, jangan lesu. Semoga nanti bisa kita
sama sama melanjutkan ke universitas yang kita mau.
“iya.
Amin. Kamu semangat ya. Semoga cita cita mu yang ingin jadi polisi itu
tercapai”. Kataku mendukung.
“aminnnn ter.”
“aminnnn ter.”
Dalam
hati aku berkata. Andai kehidupan ku sepperti teman temanku. Aku pasti sudah
tidak bingung akan melanjutkan kemana. Kenapa aku harus mengalami cobaan
seperti ini. semoga saja ada mentari yang bersembunyi di balik mendung ini.
***
15
APRIL 2010. Besok Andi akan menjalani ujian nasional. Sore ini dia akan
melakukan doa bersama di sekolahnya. Seluruh anak anak seangkatanyya datang
dengan muka yang berbeda beda. Ada tegang karena akan menghadapi ujian besok,
ada yang happy happy aja, namun ada juga yang sedih termasuk Andi. Andi duduk
di barisan ketiga dari depan. Dengan mantap dia angkat kedua tangannya dan
berdoa mengikuti ustad yang memimpin doa untuk kelancaran UN esok hari.
Setelah
berdoa, Andi pun bersalam salaman dengan teman temannya. “semoga lancar ya
besok. Semoga lancar ya besok. Itu lah yang dikatakan teman temannya kepada
andi. Andi pun membalas dengan senyum dan mengatakan amin.
Salah
satu sahabat Andi sejak pertama masuk di SMA, menangis begitu ketemu Andi. “Andi aku sedih karena
sebentar lagi berpisah dengan kamu”. “Aku juga teman. Semangat ya buat besok.
Semoga kita semua sukses”. Aku berusaha menegarkan temanku padahal hati ku pun
terasa lemah hari itu. “iya Andi. Semoga hasil kita nanti baik dan dapat masuk
di universitas yang kita incar”.
Mendengar
kata itu, perasaan ku semakin terpuruk. Aku kembali memikirkan harus kemana
nanti aku melangkah setelah lulus dari sini.
***
Malamnya
Andi mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakannya besok di sekolah.
Andi juga telah mempersiapkan materi ujian yang telah di simpannya di memori
otaknya sejak jauh hari menjelang ujian.
Setelah
mempersiapkan segala kebutuhan, Andi pun berbaring dan berdoa. “ Tuhan
tenangkan lah tidur ku malam mini, berkatilah tidur ku ini, jernihkan lah
pikiran ku dari hal hal negative melalui tidur ini agar lancar dalam menjalani
ujian beberapa hari kedepan. Setelah berdoa. Andi pun tertidur dengan pulas.
***
Teeeettt
teeeett teeeet !!. “para peserta ujian, diharapkan segera masuk kelas dengan
tertib. “Tinggalkan barang yang tidak berkepentingan dalam ujian di meja pengawas.
Terima kasih”. Dengan langkah mantap ku memasuki ruang eksekusi terakhir di
bangku sekolah.
Detik
demi detik, menit, dan bahkan jam telah berlalu. Coretan coratan hitam bundar
telah ku penuhi di lembar jawaban kertas putih yang kumiliki. Akhirnya untuk
mata pelajaran pertama ini aku dapat mengerjakannya dnegan lancer tanpa
hambatan. Aku berharap hari hari berikutnya juga demikian. Sehingga aku
meperoleh hasil yang memuaskan di akhir nanti. Yang akan diumumkan bulan juni
tahun ini.
***
5
hari telah berlalu. Aku telah menyelesaikan tugas akhir ku sebagai seorang
pelajar. Sorak sorai gembira aku hempaskan bersama teman teman ku dengan
mengadakan perpisahan ke salah satu objek wisata terdekat.
“alhamdulialah.
Sudah selesai ujiannya. Horeeee” kata salah seorang temanku. “horeeee
juga”hahah. “eits jangan senang dulu, masih ada satu lagi”. “Apa ?.” kata salah
seorang temanku. “Hasil ujian belum di bagikan, jadi belum bisa kita bersorak
sorai lebih gembira lagi”. Oh iya yah. Tapi ndapapa. Yang penting kita senang
dulu hari ini. kapan lagi kita kumpul bareng seperti ini lagi. Iya iya sip.
Disana
kami mencurahkan semua rasa sayang kami dan kekeluargaan kami yang sudah
terjalin 2 tahun. Rasanya kami tidak mau berpisah. Namun karena tuntutan
perkembangan jaman yang mengharuskan mencari ilmu kami pun harus pergi sesuai
cita kami masing masing. Kecuali aku sih yang belum tau harus melanjutkan apa
tidak.
Aku
yang masih belum tahu nasib ku kedepan hanya terdiam ketika teman teman ku
memperbincangkan universitas yang akan mereka coba masukin. “eh universitas
patra itu bagus ya. Apalagi fakultas kedokterannya, lengkap. Baru universitas
itukan sudah terkenal. Aku mau masuk situ ah” kata salah seorang temanku. “iya
memang bagus, tapi seleksinya susah tu katanya”. Kata teman ku yang lain
menyanggah. “ahh ndapapa aku mau coba aja dulu.” “aku nda ah, nyerah deluan
deh”. Mending di universitas Yogyakarta. Lumayan bagus juga disitu. Dekat pusat
kota lagi.”
Senang
rasanya ketika mendengar teman teman telah mempunyai universitas pilihan. Namun
kesedihanku kembali apabila mengingat aku yang sampai saat ini masih belum
jelas akan melanjutkan atau tidak.
***
Kesokan
harinya aku dan teman teman masih masuk sekolah seperti biasa. Masih ada berkas
berkas yang harus di selesaikan untuk lulus nanti. Setelah selesai mengurus
segala yang diperlukan, aku duduk melamun di sudut koridor sekolah. Aku yang
ditemanin angin sepoi sepoi melamun dengan indahnya sambil melihat ke arah
langit yang cerah saat itu. angin yang sejuk siang itu membuat mata ku berat
dan akhirnya “zzzzz”
“hey
Andi. Ngapain kamu tidur disini.” Akupun terkaget dan gelagapan terbangun
sambil mengucek mata. Samar samar ku lihat seorang wanita, sepertinya bukan
teman ku. Setelah aku benar benar sadar, ternyata benar bukan teman ku. Yang
membanguni ku adalah salah seorang guru BK di sekolah ini bernama bu anis.
“maaf bu maaf, habis udaranya enak banget, jadi saya ketiduran”. “ahh kamu ini,
oh iya akhir akhir ini kayanya ibu lihat kamu sering murung, ada apa.” Setelah
beertanya demikian ibu anis duduk disebelah ku dan kemudian melanjutkan
pertanyaannya. Kamu mau cerita ke ibu ?? ibu siap dengarin kok”
Akupun
kembali menunduk dan mencoba menahan kesedihanku. Ragu rasanya untuk
menceritakan masalah ku ini, namun aku nda tau harus mencurahkan unek unek ku
sama siapa lagi. Akhirnya ku putuskan untuk bercerita ke guruku ini. namun
sebelumnya ku pastikan terlebih dahulu kalau dia tidak akan menceritakan masalh
ku ke orang lain.
“saya
mau cerita bu, tapi ibu jangan cerita ke orang lain ya”. Iya Andi, ibu nda
mungkin bongkar rahasia kamu. Kamu punya masalah apa ? sampai kamu murung
begini.
“gini
bu. Saya kan sebentar lagi akan lulus dari sekolah ini, namun saya masih bingung
akan kemana setelah ini. Saya pengen kuliah, tapi orang tua saya bilang nda
usah karena orang tua saya juga nda yakin, karena mereka nda mampu membiayai.
Mereka menyuruh saya bekerja saja, tapi saya tidak yakin bu. Saya belum punya
keahlian banyak untuk kerja. Saya juga ingin seperti orang orang diluar sana
yang dapat bersekolah hingga tinggi.”
“oh itu masalah kamu. Kamu yang sabar ya. Berdoa sama tuhan agar diberi jalan keluar.”
“oh itu masalah kamu. Kamu yang sabar ya. Berdoa sama tuhan agar diberi jalan keluar.”
“
sudah saya lakukan semua bu. Saya serasa sudah mau putus asa.”
“eh
kamu jangan ngomong begitu, pasti nanti ada rezeki buat kamu. Kalau memang kamu
belum bisa kuliah, nda masalah kok kalau harus kerja dulu. Ibu saja dulu
begitu. Ibu juga terlahir dair keluarga yang tidak mampu. Ibukerja dulu cari
uang untuk kuliah. Setelah terkumpul, ibu kuliah sambil tetap bekerja. Jadi ibu
nda pernah minta sama orang tua.
“tapi
bu, zaman sekarang lulus sma bisa kerja apa ?? paling kerja toko kan bu.
“iya
sih, tapi kamu kan bisa kerja doble. Oiya, kamu mau nda ngajar anak sd. Kamu
kan lumyan pintar. Bisa kan ngajarin anak sd ?
“wah
bisa bu bisa. Saya juga sering ngajarin anak sd dirumah”
“yaudah kalau begitu nanti kamu setelah lulus ajarin anak ibu yang sd ya. Ibu nda sempat ngajarin dia.
“yaudah kalau begitu nanti kamu setelah lulus ajarin anak ibu yang sd ya. Ibu nda sempat ngajarin dia.
“iya
bu, makasih bu. Terima kasih sudah kasi saya solusi
“iya
ndi”.
Sejak
pertemuan dengan Ibu Anis itulah aku sudah tidak pernah murung lagi. Biar lah
aku tidak kuliah untuk tahun ini, aku masih dapat daftar tahun depan. Amin.
Semoga saja usaha ku ini lancer.
***
10
juni 2010. Matahari bersinar terang menerangi bumi hari ini. seterang muka
siswa yang akan mendengarkan pengumuman hari ini. ya benar, hari ini adalh, hari
yang telah dijadwalkan unutk mengumumkan hasil ujian kami 2 bulan lalu.
Meskipun wajah kami terlihat senang, namun tidak dipungkiri perasaan kami
semeraut karena masih meraa deg degan menunggu hasil yang akan kami terima.
“aku
lulus nda ya”kata salah seornag teman ku. “semoga akja kita semua lulus.”
“aminnnnnn”
semua bersorak.
Tepat
pukul 09.00 kami semua disuruh berbaris ditenagh lapangan sekolah. Karena
beberapa detik lagi akan diumumkan hasil ujian kami. Sebelum bapak kepala
sekolah memberikan amplop. Kami diberikan sedikit pengarahan dari beliau.
“anak
anak yang saya sayangi. Hari ini saya akan bagikan hasi ujian kalian 2 bulan
yang lalu. Bapak harapkan kalian ikhlas menerimanya dan bagi yang belum
berhasil jangan putus asa dan kecewa. Masih ada kesempatan kalian tahun depan.
Dan buat yang lulus, jangan terlalu menyombongkan diri karena perjalanna kalian
belum berhenti disini.
Mendengar
pidato bapak kepala sekolah tersebut, aku merasa deg degan. Apa benar, ada yang
tidak lulus. Dalam hati aku berharap, semoga semua lulus dan apabila ada yang
tidak, semoga saja bukan aku, karena aku tidak mau mengecewakan orang tua.
“tetap
semangat anak anak ku sekalian dan kejar cita cita kalian setinggi mungkin. Selamat
pagi”kata kepala sekolah mengakhiri pidatonya.
Setelah
sambutan dari kepala sekolah, iniah saat yang paling menengangkan, pembagian
amplop yang berisi keterangan kam lulus apa tidak. Satu persatu siswa maju
kedepan dan membuka surat tersebut dan berbagai ekspresi muncul dari wajah
mereka. Ada yang menangis senang, ada yang berteriak kegirangan dan ada yang
sampai memeluk guru didepannya.
Tiba
lah saatnya nama ku yang dipanggil dengan langkah mantap aku melangkah kedepan.
“andi ini punya kamu” kata guru yang membagikan amplop tersebut. “iya bu terima
kasih. Pelan pelan kubuka amplop yang berisi kertas keterangan tersebut.
“ANDA
LULUS”
“horeeeeee”.
Akupun teriak kegeirangan. Alhamdulilah tuhan, terima kasih. Berkat bantuan mu
lah aku dapat lulus saat ini. terima kasih tuhan, terima kasih. Kata ku dalam
hati. Sampainya di barisan, kupeluk teman teman ku semua. dunia terasa indah
hari ini, beban yang salam ini mencekam pundakku terasa luruh ditelan suka cita
hari ini.
“harap
tenag semua.” kata bapak kepala sekolah yang akan menutup upacara pengumuman
kelulusan hari ini. “selamat kepada siswa siswa yang lulus. Bapak bangga kepada
kalian semua karena tahun ini sekolah kita lulus seratus persen.” Semua pun
bertepuk tangan dengan riuhnya “plok plok plok plok” . selanjutnya bapak akan
mengumumkan siapa peringkat un nomor 1 disekolah kita. Peringkat un nomor 1
jatuh pada …. (“siapa ya, siapa ya” kata teman teman ku”) Anddddiiiii dari
kelas XII IPA 1.
Aku
yang mendengar nama itu merasa shock. Nda salah dengar ?? apa benar aku.
“diharap
kepada andi segera maju kedepan untuk menerima beasiswa pendidikan sebesar 3
juta.”
“andi
maju, cepat maju.” Kata teman ku. “Beneran aku yang dipanggil ?” “iya kamu
anddii. Cepat maju sana. Akupun melangkah dengah kaki gemetar ke depan.
Diiringi tepuk tangan meriah dari semua teman temanku. Aku yang telah berada
didepan tersenyum gugup. Seperti mimpi di siang bolong yang kualami ini.
“selamat andi, kata bapak kepala sekolah.” Ini ada beasiswa sebesar 7 juta dari
pemerintah. Semoga bisa bermanfaat untuk melanjutkan kuliah. “iya pak terima
kasih.”
Akupun
kembali ke barisan semula masih dalam perasaan kaget dan gugup.
***
Kebahagiaan
yang kuperoleh kemaren, tidak menghasilkan manis diujungnya. Aku masih harus
bekerja agar dapat kuliah sesuai dnegan cita citaku. Uang yangkuperoleh kemaren
ku simpan untuk nanti nya digunakan saat mau masuk kuliah.
Hari
ini aku sudah mulai mengajar anak bu anis dirumahnya. Anaknya cukup baik dan
sopan serta nurut jadi aku tidak terlalu sulit mengajarnya.
Hari
demia hari, bulan bahkan satu tahun telah berlalu. Hari hari ku, kuisi dengan
mengajar ala yang merupakan anak bu anis. Uang yang kuperoleh dari mengajar
sudah cukup untuk melanjutkan kuliah ku. Tiba saatnya pendaftaran mahasiswa
baru. Akupergi mendaftarkan diriku disana. Setelah menjalani tes yang cukup
ribet, akupun diterima di salah satu universitas dan mengambil fakultas fisika
yang meruapakan mata pelajaran idolaku sejak smp.
Kuliahku
berjalan lanccar selancar dengan profesi ku sebagai pengajar les privat sd.
Anak buah lesku semakin banyak. Jadi pengahasilanku pun semakin bertambah.
Orang tuaku yang selama ini acuh terhadap pendidikan ku, mulai peduli. Dia
tidak menyangka aku bisa seperti ini.
Tiba
saatnya aku wisuda sarjana ku. Semua orang tua mahasiswa diundang termasuk
orang tuaku. “nak kamu serius bawa emak ke sana” iya lah mak, semua di undang.”
“emak nda mau liat anaknya diwisuda sarjana. “mau nak, tapi emak malu. Kita kan
miskin, pasti paling jelek disitu. “nda mak, sudah lah. Pokonya emak besok
harus datang ya.
Akhirnya
emakku datang menhadiri wisudaku. Tangis haru bahagia terpancar dair raut
mukanya yang melihat aku bisa berhasil sampai saat ini. tidak henti hentinya
dia menciumku karena saking bangganya kepada ku. Tidak lupa beribu ribu kata
syukur dia panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas keberhasilan ku ini. aku
yang melihat emak bahagia, merasa ikut bahagia karena sudah dapat membanggakan
orang tuaku.
***
Mentari
bersinar terang seterang masa depan ku yang kurasa semakin cerah. Sejak predikat
sarjana bertengger di ujung nama ku, aku mulai mengajar honor di salah satu sma
yang merupakan sma ku dulu. Kenangan kenangan semasa sma teputar kembali di
memori otak ku. Namun sekarang aku telah berada diposisi yang berbeda. Aku yang
dulu sering murung akan nasib ku kelak, kini sudah bisa tersenyum bahagia
karena cita cita ku telah tercpai sempurna. Terimakasih tuhan, terima kasih
semua. J
ceritanya cantik kaya yg bikin ceritanya. sekali kali kunjungi meandthesun7.blogspot.com ya...
BalasHapus