Tukang
Reparasi Kompor Minyak
Oleh
: Rima Aryatin
Kelas
: X-E
Dikutip
: dari Realty Show di Trans TV “Andai Aku Menjadi Tukang Reparasi Kompor Minyak”
Dengan
langkah gontai bapak membawa jerigen minyak kesebuah pangkalan minyak tanah.
Maklum saja hari ini ada penjualan minyak tanah murah. Bapak tidak pernah mau
mensia - siakan kesempatan memperoleh minyak tanah itu. Apalgi sekarang sumber
daya alam satu ini semakin sulit untuk didapatkan.
“
masih ada minyak tanahnya ??,” kata bapakku.
“Aduuhh
bapa sih datangnya lambat, sudah habis pak minyak tanahnya. Ini saja ada yang
belum kebagian, padahal sudah mengantri sejak tadi pagi.”
“
wah padahal saya butuh banget tapi yah sudah lah, belum rezeki saya,” Kata
bapak lemas.
Mendung
yang terpancar dari wajah bapak, menandakan bahwa bapak bingung. Bapak berfikir
apabila minyak tanah semakin sulit didapatkan, maka orang yang menggunkan
kompor minyak akan semakin berkurang. Dan itu akan menyurutkan rezeki yang ia
dapatkan.
***
Saat
fajar mulai terbit menerangi dunia, emak sudah mulai akan mengurus kebutuhan
keluarga, termasuk kebutuhanku. Sebenarnya aku kasian dengan emak ku. Pengen
rasanya ku meringankan bebannya dan mengurus diri ku sendiri. Namun apa daya
aku tidak dapat membantu karena aku pun terlahir dengan berkebutuhan khusus.
Dalam hati aku sering berdoa “Tuhan, sehatkan lah emak selalu, lapangkan rezeki
buat dia tuhan, berikan lah dia umur panjang, agar dapat menemaniku di masa
masa sulitku ini. amin.”
Biarpun
aku tidak normal emak tetap sayang sama
aku. Tidak pernah sedikit pun dia mengeluh karena punya anak seperti ku. Emak
ku selalu melayani kebutuhan ku. Karena itulah aku sayang sama emak ku. Emak ku
adalah wanita super buat ku.
***
Setelah
mengurus semua kebutuhan keluarga, emak akan berkeliling kampung untuk mencari
kompor rusak tersebut. Emak ku berkeliling dari rumah ke rumah warga. Berkilo
kilometer jauhnya. Emak berjalan tidak mengenal panas atau hujan. Yang ada di
pikirannya hanyalah mencari kompor rusak sebanyak mungkin agar kami dapat makan
hari ini.
“emak
jalan dulu nak,” Kata emakku berpamitan dengan ku.
(hanya
menunduk menandakan mengatakan iya)
Sedih
rasanya ketika harus melepaskan emak, namun aku tidak dapat melakukan apa apa.
Hanya doa yang kupanjatkan agar emak selamat selama di perjalanan.
Dalam
menawarkan jasanya, emak terkadang mendapat penolakan dari warga.
“ada
kompor rusak ??,” tanya emak.
“nda
ada, kami nda pakai kompor minyak sudah mak. Sudah beralih kekompor gas”.
Seperti
sayatan pisau tajam, emak kadang terpukul mendengar kata itu. penolakan akan
jasa yang dia tawarkan dan informasi bahwa sebagian telah beralih ke kompor
gas. Namun emak tidak pantang menyerah. Emak tetap berusaha mencari kompor
rusak tersebut demi mendapatkan pundi pundi uang untuk memberi makan keluarga
hari ini.
“akhirnya
emak lewat juga. Sudah saya tunggu sejak lama,” kata salah seorang pelanggannya.
“iya
ini baru jalan lagi,” kata emak.
“oh
iya mak, saya mau perbaiki kompor rusak,” kata pelanggan.
“bawa
sini, biar tak lihat dulu. Oh saringannya aja yang saya bawa. Badannya tidak
perlu”.
“oh
iya mak”.
Kebahagiaan
muncul di wajah emak ketika dia sudah menemukan kompor rusak. Emak akan
langsung membawa kompor itu pulang dan langsung di berikan ke bapak ku ( pak
tole ) yang merupakan suami emak untuk
diperbaiki.
“pak
ini kompornya” kata emak
“oh
iya. Taruh disitu”
Bapakku
akan segera memperbaiki kompor rusak langganannnya itu. Dengan cekatan, alat
alatnya dia mainkan suapaya kompor pelanggannya cepat selesai diperbaiki.
“mak
ini sudah”
“oh
iya pak”
Tugas
emak selanjutnya telah datang. Ya emak harus mengantarkan kembali kompor rusak
yang telah diperbaiki pak tole itu ke pelanggannya. Emak harus berjalan kembali
sejauh yang tadi dia lewati. Namun emak tetap semangat. Langkah demi langkah
dia tancapkan kembali untuk sampai kerumah pelanggannya itu.
“bu,
ini kompornya,” kata emak.
“
oh makasih ya mak. Berapa ??,” Tanya pelanggannya.
“20
ribu saja”.
Ya
itulah bayaran yang akan didapatkan emak, setelah memeras energinya untuk
berjalan jauh, emak hanya akan dihargai 20 ribu. Namun emak tetap bersyukur
dengan pemberian tuhan itu. Tidak pernah mengeluh bahkan menyalahkan keadaan.
Emak tetap sabar dan akan terus berusaha mencari rezeki tuhan yang masih
tersembunyi di balik tangan kasih tuhan.
***
Wajah
keriput emak menandakan bahwa dia sudah sangat tua. Emakku telah berusia 70
tahun. Di usia setua itu dia masih semangat untuk menjajakan jasanya. Emak
telah mencari penghasilan dari membuka jasa ini, kira kira sudah 30 tahunan.
Dari sebelum aku lahir.
Namun
2 tahun terakhir, emak mulai mengalami kesulitan dalam menawarkan jasanya
tersebut. Kaki emak mengalami nyeri ketika di bawa berjalan jauh. Ini akibat dari
jatuh terpeleset waktu itu. Akibatnya emak harus berhenti terlebih dahulu
setiap kakinya mulai mengelami sakit.
Keadaan
semakin sulit lagi sejak pemerintah mengeluarkan program beralih dari minyak
tanah ke gas. Rezeki yang emak dapatkan semakin berkurang, karena banyak
pelanggan emakku yang telah beralih ke kompor gas
***
Hari
ini bapakku terlihat bersemangat. Bapakku akan mencari kaleng bekas di tumpukan
kaleng kaleng bekas. Ini dilakukan demi mendapatkan penghasilan tambahan, aku
pasti mengikutinya dan membantunya mencari kaleng kaleng itu.
“ayo
ikut bapak,” Jangan lupa bawa bambu dan tali.
Aku
segera mengekor dibelakangnya. Aku telah mengerti bahwa hari ini dia akan
mengajakku untuk mencari kaleng bekas yang nantinya akan dibuat kompor minyak.
Dengan semangat, segera ku ambil bambu panjang dan tali untuk mengikat kaleng
kaleng nanti.
Sesampainya
dilokasi, bapak segera mencari kaleng yang dia butuhkan. Meskipun disini tempat
tumpukan kaleng kaleng bekas, namun tidak sepenuhnya tempat ini bersih. Bau
dari sampah masih menyengat menusuk hidung. Belum lagi belatung belatung sampah
bertebaran di lantai lantai tempat ini.
Namun
bapakku tidak pernah merasa jijik. Dengan cekatan dia memilih kaleng kelang itu
dan memberikannya ke aku “nawan sini. Ikat kaleng kaleng ini”. Akupun datang,
dan segera melakukan apa yang telah bapakku perintahkan.
Setelah
merasa cukup, akupun pulang. Namun hari ini bapak belum dapat membayar kaleng
yang dia beli.
“saya
ngutang dulu ya pak. Saya ambil 6 kalengnya,” kata bapakku
“iya.
Cepat di bayar ya. Jangan lama lama.”
“baik
pak,” jawab bapakku pelan.
Baru
menginjakkan kaki dipelataran rumah, bapak langsung mengerjakan kerjaannya
untuk membuat kompor. Untuk membuat satu kompor, bapak membutuhkan 3 kaleng
bekas. Yang nanti kompor kompor itu akan dijualnya dengan harga 30 ribu rupiah
perbiji. Itupun kalau ada yang membeli kompor bapakku. Namun aku tetap terus
memanjatkan doa kepada tuhan, agar ada yang membeli kompor buatan bapakku ini.
amin.
***
Hidupku
dan keluargaku sangat sederhana. Kesederhanaan terlihat ketika malam tiba.
Tidak ada sepercik cahaya pun terpancar dari rumah ku. Hanya bulan yang
memberikan sedikit cahayanya buat mewarnai rumah ku ini. di rumah ku memang
tidak ada tersambung listrik. Jadi jangan kan mau menonton televisi,
menghidupkan radio saja aku tidak bisa.
Mungkin
dari kesusahan yang disertai kesabaran itulah aku dan keluargaku mendapatkan
rezeki. Melalui tangan tangan orang dermawan, Tuhan membagikan sebagian
rahmatnya berupa rezeki kepada keluargaku. Keluargaku di ajak jalan - jalan
menggunakan mobil yang itu juga merupakan keinginan emak sejak lama. Dan
diperjalanan orang tersebut memberi kami sebuah televisi yang nantinya akan
membuat rumah ku lebih berwarna.
“Terima
kasih tuhan,” ucapku dalam hati.
“terima
kasih pak, terima kasih. Alhamdulilah ya allah,” Kata emakku.
“aaaaaa”
(mengucapkan terima kasih). Mungkin dia tidak mengerti akan yang ku maskut,
tapi semoga saja tuhan mengerti apa yang ku sampaikan untuk orang itu.
Penyampaianku bahwa aku berterima kasih dan mendoakan kelancaran rezeki orang
tersebut.
Ternyata
indahnya mentari tidak berhenti disitu. Tuhan menurunkan lagi rezekinya kepada
keluarga ku hari itu. Keluargaku diberi sebuah warung kecil lengkap dengan
isinya agar emakku dapat mencari rezeki tuhan dirumah saja tanpa perlu lagi
berjalan jauh untuk mencari kompor rusak.
Terima
kasih tuhan, terimakasih engkau telah memudahkan pekerjaan emakku. Akupun
berterima kasih kepada orang dermawan tersebut.
“
aaaaaa . .huaaaa” (sambil menunjuk ke arah ibuku). Dia kelihatan bingung dengan
perkataanku. Namun aku memakluminya. Biar tuhan lah yang menyampaikan kepadanya
akan maksutku ini.
Mentari
bersinar terang ketika tuhan mengantarkan semua rezeki itu ke emak. Seterang
sinar wajah emak saat itu. emakku patut mendapatkan semua ini. karena emak
telah mengajarkan banyak hal kepadaku dan semua orang disekelilingnya, Tentang sebuah
kesabaran dan keikhlasan. Kesabaran akan mencari rezeki tuhan dan keikhlasan
akan menerima rezeki tuhan.
------- THE END -------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar